Banci Komen

Dulu.. duluuuuuu sekali, saya pernah mengalami sindrom seperti itu: Banci Komen. Apalagi saat pertamakali ngeblog. Maklum, namanya juga baru bersentuhan dengan dunia maya nan cantik dan ajaib.

Saya masih bisa membayangkan ketika pertamakali ada yang komen di postingan saya. Terperangah, amazed, speechless.... dll. Kok bisa ya? Tulisan saya dibaca orang dan dikasih komen lagi... Itu yang membuat ketagihan. Akibatnya sampai beberapa lama saya selalu menunggu setiap ada kesempatan, nongkrongin blog! Siapa tahu ada yang komen terlewatkan :)

Anda mengalami gejala seperti itu? Tenang saja, itu biasaaa... lama-lama juga hilang sendiri. Semakin lama sensasi 'norak' itu semakin berkurang. Komen alias komentar tidak lagi menjadi tujuan utama. Yang penting adalah bagaimana menulis bisa membuat kita lepas dari kegelisahan. Ada beban yang dibagi ke dalam tulisan sehingga beban di dalam diri kita terasa lebih ringan.

Apa benar begitu? Mungkin benar, mungkin juga tidak. Tiap orang pasti berbeda-beda pengalamannya. Seperti juga muka dan rejeki tiap orang yang pasti tidak pernah sama.

"Jadi bener nih, nggak butuh komen?" kata Anda. Duh jangan ngasih pertanyaan yang memojokkan gitu dong :( Mau komen alhamdulillah, nggak juga nggak apa-apa...

"Jawab yang tegas dong, jangan plin-plan gitu! Masih nungguin komen nggaaak?" Anda maksa.

Ya deh, ya deh, dikiiiit....