Uniknya yang protes bukan saya lho, melainkan keponakan saya yang usianya baru 3 tahun. Memangnya kenapa dengan lirik lagu itu? Jujur saja, sebelumnya saya sama sekali nggak tahu liriknya seperti apa. Setelah keponakan saya protes, baru saya tahu, dan sekaligus terkejut dengan sikap kritis dan kejelian si kecil :)
Di salah satu bagian lirik lagu tersebut ada kata-kata: Ke sana ke mari, membawa alamat... Ya kan? Nah pas denger bagian ini, keponakanku tiba-tiba nanya, "Kok ke sana ke mari membawa alamat sih? Kan alamat nggak bisa dibawa..."
Ditodong tiba-tiba seperti ini saya agak gelagapan berusaha menjelaskan, "Kan alamatnya ditulis di kertas, sayang... Jadi yang dibawa-bawa itu kertas berisi catatan alamatnya..."
"Oh, kertas ya? Tapi kata Teteh yang nyanyi itu kan katanya alamat, bukan kertas..." protesnya polos seperti nggak puas.
Waduh, pinter ni anak... Lagian masih kecil pake denger lagu Ayu Ting Ting segala :) Tadinya sih saya lempeng-lempeng saja mendengar lagu itu. Sekarang kok jadi kepikiran ya? Meski terlihat sepele, tapi logika berbahasa kadang-kadang diabaikan oleh para penulis lagu. Dan ini seringkali luput dari perhatian kita, orang dewasa.